PROGRAM MENTORING SEKOLAH (sebuah gagasan)

Diperbarui : 3 tahun yang lalu

By : SMPN 1 Kephulu

PROGRAM MENTORING SEKOLAH (sebuah gagasan)

Pendahuluan
Geneologi kata guru dalam beberapa literature adalah singkatan dari digugu dan ditiru. Digugu memiliki arti dipercaya atau dipatuhi, sedangkan ditiru berarti diikuti atau diteladani. Hal ini dimaksud agar dua hal itu melekat pada seorang guru dan sudah sepatutnya seorang guru memilikinya. Tapi ada yang lebih manarik dari makna di atas. Jika kita buka kamus oxford, ternyata kata guru tidak ditulis sebagai teacher, namun tetap ditulis sebagai ‘guru’ yang bermakna a person who is an expert on a particular subject or who is very good at doing something. Bila dibandingkan dengan kata ustazd dalam Bahasa arab maka ia bermakna pendidik, tidak dimaknai sebagai guru. Maka dari perbandingan kata di atas, terlihatlah bahwa kata Guru memang mempunyai makna yang sangat istimewa. 

Beberapa tahun terakhir muncul pula istilah pendidik yang sebagian kita memaknainya sebagai guru. Dalam Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:337), guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencehariannya, profesinya) mengajar. Dengan demikian guru adalah orang yang bisa menyampaikan pengetahuannya kepada orang lain (murid atau peserta didik). Sedangkan pendidik adalah orang yang pekerjaanya mendidik, mengasuh setiap insan manusia, bisa dilakukan di mana saja. Maka dari dua definisi tersebut terlihat bahwa makna kata guru lebih sederhana dari pada pendidik. Saya melihatnya sebagai suatu yang terbalik, bahwa sesungguhnya guru lebih tinggi makna dan kedudukannya di tengah masyarakat dari pada hanya sekedar sebagai profesi atau sebuah pekerjaan. Karena bila dimaknai sebagai profesi saja maka hal ini akan menimbulkan sebuah stigma negatif di masa depan. Sebagai contoh bahwa hari ini guru dijadikan sebagai pekerjaan alternatif ketika seseorang tak lagi mendapatkan pekerjaan yang diidamkan. Pekerjaan guru dipandang sebagai pekerjaan yang bisa dilakukan oleh siapa saja dan dari kalangan pendidikan apa saja. Benarkah demikian? Yang membedakannya adalah professionalitas. Bila merujuk pada apa yang disampaikan oleh soko guru bangsa yakni Ki Hajar Dewantara maka  sosok guru profesional yang ideal harus selalu melakukan perubahan diri kepada yang lebih baik, guru harus menempatkan diri sebagai among atau pembimbing, penasehat, pendidik, pengajar, pemberi motivasi, rendah hati, penuntun, tegas dan terhormat. So, kata pendidik dan pengajar tercantum dalam semangat seorang guru dan menegaskan pula bahwa kata guru memiliki makna yang lebih tinggi beberapa tingkatan dari pada kata pendidik.

Bicara tentang guru tentu tidak lengkap bila tak membicarakan murid. Ibarat dua sisi mata uang, maka sisi satu dengan sisi lainya adalah hal yang saling menyatukan. Kata murid berasal dari bahasa arab, yang artinya orang yang menginginkan (the willer) diartikan pula sebagai orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar sungguh-sungguh. Istilah lain yang bersinonim dengan itu aalah kata  tilmidz yang berarti murid atau pelajar, jamaknya talamidz. Kata ini merujuk pada murid yang belajar di madrasah. Kata lain yang berkenaan dengan murid adalah thalib, yang artinya pencari ilmu, pelajar,
mahasiswa. Mengacu dari beberapa istilah di atas, maka murid diartikan sebagai orang yang berada dalam taraf pendidikan, yang dalam berbagai literatur murid juga disebut sebagai anak didik. Sedangkan Dalam Undang-undang Pendidikan No.2 Th. 1989, murid disebut peserta didik. Dalam hal ini si terdidik dilihat sebagai seseorang subjek (untuk dididik). Dengan demikian seorang pendidik mesti mendapatkan nilai kemanusiaan sebagai individu, sebagai makhluk sosial yang mempunyai identitas moral, yang harus dikembangkan untuk mencapai tingkatan optimal dan kriteria kehidupan sebagai manusia warga negara yang diharapkan. 

Merujuk pada definisi di atas, maka terlihat beratlah pekerjaan seorang guru. Karena tugasnya bukan hanya mengembangkan nilai diri pribadi tapi harus pula mengembangkan individu orang lain dalam hal ini adalah murid. Sanggupkah? Tak jarang terdengar di media-media baik online maupun cetak kasus tentang penganiayaan seorang guru oleh murid atau sebaliknya. Dikutip dari situs online kompas, 3 Pelajar SMA di Kupang lempari guru pakai batu dan kursi (regional.kompas.com/read/2020/03/04) hanya karena guru tersebut mengabsensi kehadiran siswa. Wow, secepat itukah panasnya hati insan yang dibina dan dididik bertahun-tahun dengan keteladanan seorang guru? Kejadian ini sesungguhnya mewakili kejadian-kejadian lain yang dialami guru di berbagai belahan negeri ini. Lalu kita bertanya, siapa dan apa yang salah?. Sebenarnya kita tidak dalam situasi yang harus mencari siapa salah dan siapa yang paling benar. Namun, sebagai seorang guru (bukan pendidik) selamlah lubuk hati yang dalam, berkacalah pada makrifat diri, tunduk dan merenunglah sesaat, bertanyalah pada diri sendiri, apa yang sudah aku lakukan sebagai seorang guru? lalu jawab dan simpulkan dalam hati, guru kah aku? 

Pembahasan
Budi pekerti, akhlak yang luhur selalu menjadi perhatian di dunia pendidikan abad  ini. Berbagai upaya dilakukan agar ianya sampai pada sikap dan tingkah laku murid sehari-hari. Mulai dari perubahan kurikulum sampai pada perubahan metode dan bahan ajar guru di sekolah. Tapi hakikatnya itu hanya sekedar penunjang, hal sesungguhnya yang perlu dilakukan oleh seorang guru adalah menjadi contoh dan teladan bagi muridnya (role model). Ketika seorang guru memperingati muridnya agar tidak merokok, pastikan guru adalah insan pertama yang tidak merokok, begitu seterusnya. Ketika seseorang telah mendaulat dirinya untuk menjadi seorang guru, maka siaplah menjadi contoh di dalam maupun di luar sekolah. Disinilah pentingnya peran seorang guru. maka akan sangat disayangkan kalau guru dianggap hanya sebagai profesi. Karena jika ia adalah profesi, maka akan tercipta kompetisi, ada kali dan bagi, ada laba dan rugi. Padahal jika kita berkaca pada ajaran nabi Muhammad, bukankah seorang guru adalah orang yang paling beruntung? “Sesungguhnya Allah,para malaikat-Nya,penduduk langit dan bumi sampai pun semut di sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” (HR. Tirmizi). 

Berkaca pada kejadian-kejadian yang berlaku tentang sikap murid merugikan guru atau sebaliknya yang selalu kita lihat di televise, media online atau cetak, tugas kita hanya mengevaluasi diri, melakukan revisi-revisi terhadap cara, sikap, maupun program yang dibuat untuk murid-murid kita. Menjadi guru berarti siap mengambil waktu dan kesempatan untuk selalu belajar menjadi pribadi yang baik, tegas dihadapan murid, berwibawa dan menjaga karisma. Jika mampu berbuat demikian, maka siapapun bisa menjadi guru, yang punya fisik sempurnakah, atau yang cacat fisiknya sekalipun. Betapa dahsyatnya seseorang jika ia benar-banar mengistiharkan dirinya menjadi guru. Sebenarnya banyak upaya yang bisa dilakukan oleh seorang guru dalam upaya membina dan membentuk akhlak muridnya. Salah satunya adalah menjalin kedekatan dengan murid melalui berbagai program. Salah satunya adalah program mentoring, yaitu program pendampingan murid di luar jam belajar formal. Murid dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan. Pementor laki-laki adalah guru laki-laki dan begitu sebaliknya. Kegiatanya bisa saja dibuat sekreatif mungkin, dan biasanya berisi evaluasi mingguan terhadap beberapa hal yang harus dilakukan untuk membina akhlak dan kepribadiannya sebagai contoh tabel di bawah ini; 

Table 1. Contoh Lembar Evaluasi Diri 

nonamasholat 5 waktu di mesjidsholat sunahsedekahpuasa bantu orang tuabantu orang lainjenguk kawan sakit
1Abdul
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Setiap siswa mungkin punya permasalahan baik dalam belajar ataupun dalam kehidupannya sehari-hari. Maka dalam hal ini guru harus menjadi menjadi teman, sahabat, ayah dan juga ibu yang baik, mendengarkan keluhkesah mereka dan siap
menghadirkan solusi bagi permasalahan-permsalahan tersebut. Buat pula program yang membuat mereka bisa me-refresh kejenuhan belajar dengan makan bersama di pematang sawah, atau di tempat wisata sehingga tak ada lagi sekat yang bisa memisahkan mereka dengan gurunya.  Sebenarnya program-program seperti ini sudah bayak dilakukan di berbagai sekolah mulai dari tingkat SD sampai ke Perguruan tinggi. dan ternyata sangat efektif untuk pembinaan akhlak dan budi pekerti murid. Jika tujuannya untuk pembinaan akhlak dan budi pekerti yang baik, apa salahnya diterapkan di setiap sekolah. 

Pada akhrinya, guru adalah jembatan bagi murid untuk mereka sampai kepada gerbang kesuksesan. Segala upaya yang dilakukan adalah hal yang memang menjadi kewajiban kita selaku guru. untuk menyempurnakan usaha itu, tundukkan hati dan kepala, meminta dan bermunajatlah kepada Allah yang Maha Esa, karena kita tidak bisa membuat murid kita menjadi baik, pintar atau cerdas. Segalanya hanya kuasa Allah. Tugas kita hanya berusaha dan berdoa. Semoga kita menjadi guru yang ikhlas. 

Kesimpulan

Jika permasalah pendidikan hari ini adalah masalah akhlak murid, maka solusi sebenarnya ada pada guru. menghukum murid karena masalah akhlak mereka dengan tindakan tertentu kerap kali akan menimbulkan masalah baru. Maka solusi yang terbaik
adalah mencegah permasalahan itu sebelum terjadi dengan membuat program-program kreatif untuk murid dan membuat mereka lebih dekat dengan guru. Guru yang sering marah atau guru yang terlalu kaku bila berhadapan dengan murid menyebabkan mereka tertekan, dan sudah menjadi naluri manusia dalam keadaan tertekan ia akan balik melawan. Maka, untuk mendekatkan mereka dengan kita dan mendekatkan kita dengan meraka, mentoringlah salah satu solusinya.  


Daftar Rujukan
Oxford learners dictionaries. 2021. https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/guru?q=guru (diakses 
11/16/2021) 

Shidiq, Moch. 2021. Guru dan Pendidik, Bedakah? 
https://www.kompasiana.com/mochshidiq/5ea63d07d541df2a5175ca32/guru-danpendidik-bedakah
(diakses 11/16/2021)

Pasca Sarjana Universitas Jember, 2020. http://pasca.unej.ac.id/sosok-guru-profesionalyang-ideal-ala-ki-hajardewantara/#:~:text=Bahwa%20untuk%20menjadi%20sosok%20guru,%2C%20penuntu
n%2C%20tegas%20dan%20terhormat.(diakses 11/16/2021)

Bere,Marutho.2021. https://regional.kompas.com/read/2020/03/04/13072691/takcuma-pukul-3-pelajar-sma-di-kupang-lempari-guru-pakai-batu-dan-kursi (diakses11/16/2021)